Resensi Novel Cahaya Cinta Pesantren

Resensi Novel Cahaya cinta pesantren 
Judul : Cahaya Cinta Pesantren
Penulis : Ira Madan
Penerbit : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Tokoh di Novel :
1. Marshila Silalahi (tokoh utama)
2. Ayah Shila
3. Mamak Shila
4. Muhammad Alamsyah (kakak pertama Shila)
5. Adb Pratama (kakak kedua)
6. Andhika Putra (kakak ketiga)
7. Cut Faradhila (teman Shila yang pintar)
8. Sherly Amanda (Teman Shila yang baik hati)
9. Aisyah (teman Shila yang ramah)
10. Rifqie Al Farisi (suami Shila pada akhirnya)
11. Muhammad Faris Audah (anak Shila dan Rifqie)

Biografi penulis 
Ira Madan terlahir di kota Medan yakni kota bandar terbesar di medan. , Beliau adalah anak pertama dari empat bersaudara. Master Jebolan jurusan operasi riset dari Universitas Sumatra Utara (USU) ini adalah guru matematika di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan. Sementara menjadi guyu banyak hobi yg ia gemari yakni traveling khususnya ke alam, seperti hiking, tracking, rafting, divig, dan snorkeling. Selain itu, ira juga sangat tertarik dengan aneka ragam wisata kuliner di mana saja dengan label HALAL.
Isi Novel :
Shila adalah anak seorang yang cerdas namun karena keterbatasan biaya, Shila tidak mungkin sekolah di SMA Swasta, jadi orang tuanya membujuk Shila agar masuk ke pesantren di Pesantren Al-Amanah. Dengan dunia pesantren yang amat ketat dan disiplin, Shila harus mencoba untuk beradaptasi. Di pesantren. Dalam satu pesantren tersebut Shila menemukan tiga sahabaanya yang satu kamar. Mereka adalah Manda yang mana manda adalah anak yang baik hati, sahabatnya yang kedua yakni Aisyah, Aisyah ini adalah anak yang ramah dan satu lagi sahabat Shila yang baik nan pintar yaitu cut.
Dari ketiga sahabatnya, Shila merasa paling dekat dengan Manda karena keduanya sama-sama tidak betah berada di pesantren. Keduanya tanpa sepengetahuan yang lain pun kabur keluar dari pesantren, namun pada akhirnya takdir membawa mereka untuk kembali ke pesantren. Karena kejadian itu Sahabat Shila mulai mantap untuk menjadi santri, sedangkan Shila masih belum begitu yakin.
Di masa pubernya Shila mulai menyukai dan terbawa perasaan dengan jatuh hati terhadap santri seniornya yang bernama Rifqie. Dengan berbagai konflik juga, Shila harus menghadapi berbagai rintangan dari persahabatan mereka yang menjadi runyam dan hingga Shila mendapat peringatan akan dikeluarkan dari pesantren di saat dirinya telah mulai benar-benar merasa nyaman di pesantren tersebut. Hingga suatu saat Shila berhasil melalui semuanya karena terdapat pesan dari sang ayahnya ‘Kalau kita mencintai segala sesuatu karena Allah, maka kita tidak akan pernah kenal yang namanya kecewa atau sakit hati’ .
Kelebihan Novel:
Sampul bukunya menarik, alur cerita yang mengalir sehingga mudah dipahami oleh pembaca,dan penggunaan kata yang mudah dipahami membuat novel ini menjadi bacaan yang menarik untuk dibaca. Sudah ada keterangan yang menjelaskan kata-kata yang berasal dari bahasa yang kurang dipahami, seperti bolang (Panggilan suku Karo yang berarti Kakek).
Kekurangan Novel :
Akhir cerita yang mudah untuk di tebak, karena itu pembaca mulai kurang greget lagi untuk membaca. Banyak terdapat tulisan atau kata yang kurang bisa di pahami.
Kesimpulan Novel:
Secara keseluruhan novel ini  bagus, karena ceritanya dapat membuat orang mudah terbawa perasaan. menyentuh hati para pembaca dan cerita ini  yang menjadi agak seru yakni latar belakangnya yakni pesantren, jadi semua akan tau kehidupan di pesantren seperti apa. Hal positif yang ada di pesantren juga banyak.

Komentar

Posting Komentar